"Hendaknya perjuangan kita harus kita dasarkan pada kesucian. Dengan demikian, perjuangan lalu merupakan perjuangan antara jahat melawan suci. Kami percaya bahwa perjuangan yang suci itu senantiasa mendapat pertolongan dari Tuhan.
Apabila perjuangan kita sudah berdasarkan atas kesucian, maka perjuangan ini pun akan berwujud perjuangan antara kekuatan lahir melawan kekuatan bathin. Dan kita percaya kekuatan bathin inilah yang akan menang. Sebab, jikalau perjuangan kita tidak suci, perjuangan ini hanya akan berupa perjuangan jahat melawan tidak suci, dan perjuangan lahir melawan lahir juga, tentu akhirnya si kuat yang akan menang.
Telah diakui oleh beberapa pemimpin perjuangan di berbagai tempat, bahwa kemunduran dan kekalahan yang diderita oleh barisan yang berjuang itu adalah manakala anggota-anggota barisan tadi mulai tidak suci lagi dalam perjuangannya dan rusuh dalam tingkah laku dan perbuatannya."
Pidato Pertama Panglima Besar Jenderal Soedirman
Rakyat dimana-mana dibawah kolong langit ini, tidak mau ditindas oleh bangsa lain, tidak mau di ekploiter oleh golongan apapun, meskipun golongan itu adalah dari bangsanya sendiri. Rakyat dimana-mana dibawah kolong langit ini, menuntut kebebasan dari kemiskinan dan kebebasan dari rasa takut, baik karena ancaman di dalam negeri maupun ancaman dari luar negeri. Rakyat dimana-mana dibawah kolong langit ini, menuntut kebebasan untuk menggerakkan secara konstruktif aktivitas sosialnya, untuk mempertinggi kebahagian individu dan kebahagiaan masyarakat. Rakyat dimana-mana dibawah kolong langit ini, menuntut kebebasan untuk mengeluarkan pendapat yaitu menuntut hak yang lazimnya dinamakan demokrasi. Itulah sebenarnya tuntutan Rakyat Indonesia.
Konteks Proklamasi
Itulah tuntutan Rakyat yang telah hidup dalam zaman kemerdekaan bangsanya, namun masihkah kita memiliki semangat Proklamasi seperti apa yang dibilang Bung Karno saat HUT Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1955, “Apa yang dinamakan semangat proklamasi? Semangat Proklamasi adalah semangat rela berjuang, berjuang mati-matian dengan penuh idealisme dan dengan mengesampingkan segala kepentingan diri sendiri. Semangat Proklamasi adalah semangat persatuan, persatuan yang bulat mutlak dengan tiada mengecualikan sesuatu golongan dan lapisan.”
Kemerdekaan dalam konteks proklamasi mempunyai makn terbebasnya bangsa Indonesia dari cengkeraman kaum penjajah sehingga menjadi bangsa yang memiliki kedaulatan penuh untuk mengatur dirinya sendiri. Bahkan Seribu dewa dari khayangan tak dapat menghancurkan kemerdekaan sesuatu bangsa, jikalau bangsa itu dalam hatinya telah berkobar-kobar api kemerdekaan. Oleh karena itu, hendaknya kemerdekaan yang telah dicapai oleh para pendahulu bangsa haruslah membawa perkembangan sejati-jatinya hidup, hidup setaraf yang lebih tinggi.
Hendaknya peringatan HUT Kemerdekan tidak dijadikan seremonial belaka namun dijadikan momentum mawas diri. Apakah kita sudah merdeka? Dalam hati yang paling dalam apakah kemerdekaan dalam konteks Proklamasi telah menjadi kenyataan apakah masih angan-angan?. Enam puluh lima tahun bangsa ini merdeka banyak kemajuan pembangunan yang telah dicapai oleh bangsa ini namun bangsa ini masih sangat mudah diatur oleh kekuatan asing dalam perekonomian, politik dan sendi kehidupan lainya. Dibeberapa sudut kehidupan masih dihiasi dengan kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan. Bahkan yang lebih parah lagi, bangsa Indonesia begitu mudah dipermainkan oleh negeri lain. Apabila dibandingkan dengan negara tetangga bangsa ini ketinggalan jauh dari segi Pertahanan maupun perekonomiannya, disisi lain sejak proklamasi kemerdekan kita pernah mengalami kehebatan dikawasan dengan sebutan Macan Asia.
Konteks Ramadhan
Sunset Sya’ban diufuk barat mulai tenggelam beriringan dengan azimuth dalam hamparan horizon cakrawala. Pertanda bulan Ramadhan telah tiba bulan yang penuh dengan berkah dan ampunan-Nya. Bulan dimana kita dapat berjumpa dengan insan-insan yang dahaga akan kasih sayang sang khalik. Saatnya untuk menempa jiwa-jiwa yang memiliki semangat Proklamasi Kemerdekaan. Hanya bangsa yang memiliki jiwa yang berapi-api bisa menjadi bangsa yang besar. Hal ini telah dialami oleh sejarah umat manusia. Lihatlah Rasulullah Muhammad Bin Abdullah, beliau selalu berjuang, selalu berjuang, selalu berjuang, selalu menyuruh orang beramal, beramal, berbuat, berbuat, berbuat. Beliau bukanlah ahli yang selalu duduk didalam ketafakuran, tafakur saja, tidak berhenti tafakur, tidak! Beliau ahli amal, ahli perbuatan, ahli perjuangan, Beliau itu lah yang harus ditiru oleh pemimpin bangsa.
Kemerdekaan dalam konteks bulan Ramadhan adalah terbebasnya jiwa dari belenggu nafsu yang menjajah diri kita seperti arogansi, kebohongan, iri, marah, dengki, penindasan, kesewenang-wenangan dan sejumlah penyakit hati lainnya yang melekat pada diri manusia. Saat Pidato proklamasi tanggal 17 Agustus 1947 Bung Karno menyampaikan.”Ingatlah kepada Tuhan. Carilah pimpinan Tuhan. Bangsa yang tidak dipimpin Tuhan, diperintah oleh orang-orang yang Zholim! Men must be governed by God, or they will be governed by Tyrants. Ingatlah akan hal ini setiap waktu!
Saat ini menjelang HUT Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 2011 spanduk Ramadhan berdampingan dengan spanduk merayakan kemerdekaan. Menurut saya arti yang terkandung adalah mengingatkan kita semua Rakyat Indonesia, Rakyat yang Melarat hidupnya, Rakyat yang Menengah dan mewah hidupnya, serta Rakyat yang merasakan kursi empuk Gedung DPR, Rakyat yang hari ini masih merampok bangsanya, Rakyat yang hari ini masih menjual kekayaan bangsanya, makna tersebut adalah agar makna kemerdekaan dalam konteks proklamasi tersebut tidak hilang dan tidak luntur dengan makna kemerdekaan dalam konteks Ramadhan.
Bulan Puasa pada hakekatnya adalah wadah sebuah pembebasan setiap jiwa manusia dari sifat-sifat syetan maupun hewani. Makna inilah yang belum benar-benar diresapi dan dijalani oleh masyarakat Indonesia sehingga tak pelak lagi negeri ini belakangan riuh rendah dengan nuansa kebun binatang mulai dari Kerbau, cicak, buaya, babi dan semua komunitas kebun binatang. Hendaknya kedua momen ini tidak dijadikan rutinitas tahunan belaka. THR, mudik, antrian tiket, harga bahan pokok naik, hiburan dan liburan justru menjadi bahasan utama dibandingkan dengan implementasi nilai-nilai Ramadhan dalam kehidupan sehari-hari.
Apabila hati Rakyat Indonesia masih terjajah oleh sifat-sifat binatang, maka secara langsung akan mempengaruhi tatanan masyarakat dan pemerintahan yang penuh dengan ketidakpastian, dan kesemrawutan, yang pada akhirnya mempengaruhi bangsa ini. Hukum bagaikan The Spider Law bahwa hanya orang-orang ciprit saja bisa dihukum sementara orang besar tak pernah tersentuh manakala hukum bisa dibeli. Korupsi merajalela tanpa terkendali, penggusuran, mafia peradilan dan sederet tindakan kesewenang-wenangan akan terus menghiasi negeri tercinta. Maka selanjutnya, kemerdekan tinggal mimpi dan hanya di angan-angan. Marilah kita petik arti sebuah Ramadhan yang berdampingan dengan Kemerdekaan. Karena kita juga tidak bisa melaksanakan Ramadhan dengan damai kalau hati kita belum merdeka.
Tidak ada perdamaian, sebelum ada damai dihati kita! Dan hati kita akan tetap tidak damai, akan tetap memberontak, selama kemerdekaan negara kita belum kembali sepenuh-penuhnya. Saatnya kita membebaskan jiwa dari nafsu angkara dengan kemerdekaan pengendalian diri masing masing rakyat yang implementasinya akan terlihat pada makna kemerdekaan bangsa yang sesungguhnya.
Selamat Berpuasa .... MERDEKA!!!
Apabila perjuangan kita sudah berdasarkan atas kesucian, maka perjuangan ini pun akan berwujud perjuangan antara kekuatan lahir melawan kekuatan bathin. Dan kita percaya kekuatan bathin inilah yang akan menang. Sebab, jikalau perjuangan kita tidak suci, perjuangan ini hanya akan berupa perjuangan jahat melawan tidak suci, dan perjuangan lahir melawan lahir juga, tentu akhirnya si kuat yang akan menang.
Telah diakui oleh beberapa pemimpin perjuangan di berbagai tempat, bahwa kemunduran dan kekalahan yang diderita oleh barisan yang berjuang itu adalah manakala anggota-anggota barisan tadi mulai tidak suci lagi dalam perjuangannya dan rusuh dalam tingkah laku dan perbuatannya."
Pidato Pertama Panglima Besar Jenderal Soedirman
Rakyat dimana-mana dibawah kolong langit ini, tidak mau ditindas oleh bangsa lain, tidak mau di ekploiter oleh golongan apapun, meskipun golongan itu adalah dari bangsanya sendiri. Rakyat dimana-mana dibawah kolong langit ini, menuntut kebebasan dari kemiskinan dan kebebasan dari rasa takut, baik karena ancaman di dalam negeri maupun ancaman dari luar negeri. Rakyat dimana-mana dibawah kolong langit ini, menuntut kebebasan untuk menggerakkan secara konstruktif aktivitas sosialnya, untuk mempertinggi kebahagian individu dan kebahagiaan masyarakat. Rakyat dimana-mana dibawah kolong langit ini, menuntut kebebasan untuk mengeluarkan pendapat yaitu menuntut hak yang lazimnya dinamakan demokrasi. Itulah sebenarnya tuntutan Rakyat Indonesia.
Konteks Proklamasi
Itulah tuntutan Rakyat yang telah hidup dalam zaman kemerdekaan bangsanya, namun masihkah kita memiliki semangat Proklamasi seperti apa yang dibilang Bung Karno saat HUT Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1955, “Apa yang dinamakan semangat proklamasi? Semangat Proklamasi adalah semangat rela berjuang, berjuang mati-matian dengan penuh idealisme dan dengan mengesampingkan segala kepentingan diri sendiri. Semangat Proklamasi adalah semangat persatuan, persatuan yang bulat mutlak dengan tiada mengecualikan sesuatu golongan dan lapisan.”
Kemerdekaan dalam konteks proklamasi mempunyai makn terbebasnya bangsa Indonesia dari cengkeraman kaum penjajah sehingga menjadi bangsa yang memiliki kedaulatan penuh untuk mengatur dirinya sendiri. Bahkan Seribu dewa dari khayangan tak dapat menghancurkan kemerdekaan sesuatu bangsa, jikalau bangsa itu dalam hatinya telah berkobar-kobar api kemerdekaan. Oleh karena itu, hendaknya kemerdekaan yang telah dicapai oleh para pendahulu bangsa haruslah membawa perkembangan sejati-jatinya hidup, hidup setaraf yang lebih tinggi.
Hendaknya peringatan HUT Kemerdekan tidak dijadikan seremonial belaka namun dijadikan momentum mawas diri. Apakah kita sudah merdeka? Dalam hati yang paling dalam apakah kemerdekaan dalam konteks Proklamasi telah menjadi kenyataan apakah masih angan-angan?. Enam puluh lima tahun bangsa ini merdeka banyak kemajuan pembangunan yang telah dicapai oleh bangsa ini namun bangsa ini masih sangat mudah diatur oleh kekuatan asing dalam perekonomian, politik dan sendi kehidupan lainya. Dibeberapa sudut kehidupan masih dihiasi dengan kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan. Bahkan yang lebih parah lagi, bangsa Indonesia begitu mudah dipermainkan oleh negeri lain. Apabila dibandingkan dengan negara tetangga bangsa ini ketinggalan jauh dari segi Pertahanan maupun perekonomiannya, disisi lain sejak proklamasi kemerdekan kita pernah mengalami kehebatan dikawasan dengan sebutan Macan Asia.
Konteks Ramadhan
Sunset Sya’ban diufuk barat mulai tenggelam beriringan dengan azimuth dalam hamparan horizon cakrawala. Pertanda bulan Ramadhan telah tiba bulan yang penuh dengan berkah dan ampunan-Nya. Bulan dimana kita dapat berjumpa dengan insan-insan yang dahaga akan kasih sayang sang khalik. Saatnya untuk menempa jiwa-jiwa yang memiliki semangat Proklamasi Kemerdekaan. Hanya bangsa yang memiliki jiwa yang berapi-api bisa menjadi bangsa yang besar. Hal ini telah dialami oleh sejarah umat manusia. Lihatlah Rasulullah Muhammad Bin Abdullah, beliau selalu berjuang, selalu berjuang, selalu berjuang, selalu menyuruh orang beramal, beramal, berbuat, berbuat, berbuat. Beliau bukanlah ahli yang selalu duduk didalam ketafakuran, tafakur saja, tidak berhenti tafakur, tidak! Beliau ahli amal, ahli perbuatan, ahli perjuangan, Beliau itu lah yang harus ditiru oleh pemimpin bangsa.
Kemerdekaan dalam konteks bulan Ramadhan adalah terbebasnya jiwa dari belenggu nafsu yang menjajah diri kita seperti arogansi, kebohongan, iri, marah, dengki, penindasan, kesewenang-wenangan dan sejumlah penyakit hati lainnya yang melekat pada diri manusia. Saat Pidato proklamasi tanggal 17 Agustus 1947 Bung Karno menyampaikan.”Ingatlah kepada Tuhan. Carilah pimpinan Tuhan. Bangsa yang tidak dipimpin Tuhan, diperintah oleh orang-orang yang Zholim! Men must be governed by God, or they will be governed by Tyrants. Ingatlah akan hal ini setiap waktu!
Saat ini menjelang HUT Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 2011 spanduk Ramadhan berdampingan dengan spanduk merayakan kemerdekaan. Menurut saya arti yang terkandung adalah mengingatkan kita semua Rakyat Indonesia, Rakyat yang Melarat hidupnya, Rakyat yang Menengah dan mewah hidupnya, serta Rakyat yang merasakan kursi empuk Gedung DPR, Rakyat yang hari ini masih merampok bangsanya, Rakyat yang hari ini masih menjual kekayaan bangsanya, makna tersebut adalah agar makna kemerdekaan dalam konteks proklamasi tersebut tidak hilang dan tidak luntur dengan makna kemerdekaan dalam konteks Ramadhan.
Bulan Puasa pada hakekatnya adalah wadah sebuah pembebasan setiap jiwa manusia dari sifat-sifat syetan maupun hewani. Makna inilah yang belum benar-benar diresapi dan dijalani oleh masyarakat Indonesia sehingga tak pelak lagi negeri ini belakangan riuh rendah dengan nuansa kebun binatang mulai dari Kerbau, cicak, buaya, babi dan semua komunitas kebun binatang. Hendaknya kedua momen ini tidak dijadikan rutinitas tahunan belaka. THR, mudik, antrian tiket, harga bahan pokok naik, hiburan dan liburan justru menjadi bahasan utama dibandingkan dengan implementasi nilai-nilai Ramadhan dalam kehidupan sehari-hari.
Apabila hati Rakyat Indonesia masih terjajah oleh sifat-sifat binatang, maka secara langsung akan mempengaruhi tatanan masyarakat dan pemerintahan yang penuh dengan ketidakpastian, dan kesemrawutan, yang pada akhirnya mempengaruhi bangsa ini. Hukum bagaikan The Spider Law bahwa hanya orang-orang ciprit saja bisa dihukum sementara orang besar tak pernah tersentuh manakala hukum bisa dibeli. Korupsi merajalela tanpa terkendali, penggusuran, mafia peradilan dan sederet tindakan kesewenang-wenangan akan terus menghiasi negeri tercinta. Maka selanjutnya, kemerdekan tinggal mimpi dan hanya di angan-angan. Marilah kita petik arti sebuah Ramadhan yang berdampingan dengan Kemerdekaan. Karena kita juga tidak bisa melaksanakan Ramadhan dengan damai kalau hati kita belum merdeka.
Tidak ada perdamaian, sebelum ada damai dihati kita! Dan hati kita akan tetap tidak damai, akan tetap memberontak, selama kemerdekaan negara kita belum kembali sepenuh-penuhnya. Saatnya kita membebaskan jiwa dari nafsu angkara dengan kemerdekaan pengendalian diri masing masing rakyat yang implementasinya akan terlihat pada makna kemerdekaan bangsa yang sesungguhnya.
Selamat Berpuasa .... MERDEKA!!!
Categories: